Oleh Devane Sharma
Dengan meningkatnya kesadaran akan isu-isu seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, arus polusi dan topik-topik seperti keadilan sosial, keberlanjutan bergerak menjadi fokus utama bisnis dan regulator di seluruh dunia. Universitas menambahkan modul dan menanamkan keberlanjutan ke dalam kurikulum mereka. Salah satu modul tersebut terdapat di kursus Universitas St.Gallen (Swiss) Asia Compact mengenai “Sustainability in Singapore and Southeast Asia”, sebagai bagian dari program Magister Manajemen Umum.
Kursus berlangsung intensif selama seminggu di St.Gallen Institute of Management’s satellite campus, Singapura. Para mahasiswa fokus pada keberlanjutan sosial dan lingkungan di seluruh industri utama di kawasan Asia Tenggara, untuk membahas tantangan, peluang, dan solusi keberlanjutan untuk bisnis dan manajemen rantai pasokan.
Pada tanggal 14 April, kelompok mahasiswa 2022 mendengarkan perspektif dari Dr. Janice Lee dari Universitas Teknologi Nanyang mengenai Keberlanjutan di Industri Minyak Sawit, dan Carolyn Lim, Senior Manager, Corporate Communications di Musim Mas mengenai perspektif industri. Berikut adalah tiga pertanyaan kunci yang muncul dari sesi tersebut.
Mengapa Musim Mas Menempatkan Penekanan Yang Kuat untuk Mendukung Petani Sawit?
Petani swadaya mengelola lebih dari 40% atau 4,2 juta hektar perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Diperkirakan ini mewakili area yang serupa dengan ukuran negara Swiss, tetapi perkebunannya lebih tersebar secara geografis di sekitar kepulauan Indonesia yang luas. Hal ini membuat lebih sulit untuk mengakses para petani ini untuk memberi mereka pengetahuan dan sumber daya.
Petani sawit mungkin tidak memiliki akses akta tanah dan juga keuangan, misalnya, untuk pupuk. Mereka juga cenderung kurang pengetahuan pertanian dan akibatnya cenderung memiliki hasil panen yang lebih rendah daripada perkebunan industri. Melalui program Petani Sawit Musim Mas, kami membantu mereka meningkatkan hasil. Hal ini termasuk petani sawit yang belum tentu memasok kepada kami. Dengan industri yang memproduksi lebih banyak, kami membantu meringankan tekanan penggunaan lahan untuk memenuhi permintaan minyak nabati dunia. Para petani sendiri juga akan mendapatkan mata pencaharian yang lebih baik seiring dengan peningkatan hasil panen mereka.
Mengapa Perusahaan, Seperti Musim Mas, Menghiraukan Keberlanjutan?
Menjadi perusahaan kelapa sawit yang berkelanjutan masuk akal secara bisnis. Memiliki NGO seperti Earthqualizer dan Radar untuk Mendeteksi Deforestasi (RADD) menilai perkebunan kami memungkinkan kami untuk mencapai 100% ketertelusuran ke perkebunan yang diverifikasi secara eksternal untuk semua pabrik kami. Hasilnya, kami membuktikan kepada regulator dan perusahaan yang membeli dari kami bahwa kami berkomitmen pada kebijakan No Deforestasi Gambut dan Eksploitasi (NDPE). Oleh karena itu, melihatnya dalam arti bisnis murni, keberlanjutan dapat dilihat sebagai alat mitigasi risiko yang juga memberikan nilai tambah pada proposisi nilai bisnis.
Contoh lain tentang manfaat keberlanjutan bagi kami adalah penangkapan gas metana kami. Metana adalah gas rumah kaca yang lebih kuat 25 kali dari Karbon Dioksida dalam memerangkap panas di atmosfer. Pabrik kami telah dilengkapi dengan penangkap metana, dimana pada tahun 2020, kami berhasil menghindari pelepasan lebih dari 500.000 MT setara Karbon Dioksida atau CO2e. Kami kemudian memanfaatkan metana untuk menghasilkan listrik untuk pabrik kami. Selebihnya, sebesar 32 juta kWh, diekspor ke jaringan nasional. Memasang penangkap metana memungkinkan kami untuk menunjukkan bahwa kami memenuhi komitmen lingkungan dan oleh karena itu dapat memproduksi biodiesel untuk pasar Eropa.
Lalu Apa yang Perlu Dilakukan untuk Membantu Meningkatkan Keberlanjutan di Seluruh Industri?
Kolaborasi dan kerjasama sangat diperlukan. Musim Mas mendukung inisiatif pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mata pencaharian petani sawit, dan itulah sebabnya kami memperluas jangkauan kami ke tingkat kabupaten. Untuk itu, kami menjalankan Smallholder Hub di mana kami memberikan pelatihan bagi petugas penyuluh pertanian pemerintah sebagai pelatih-pelatih sehingga mereka kemudian dapat menjangkau lebih banyak lagi petani sawit.
Kami juga berkolaborasi dengan perusahaan hilir dalam rantai pasokan seperti Nestle dan AAK, NGO seperti Southeast Asia Rainforest Research Partnership (SEARRP), dan akademisi seperti ETH Zurich, diantara mitra-mitra lainnya.