Musim Mas
Language

Oleh Devane Sharma

Pengenalan | Memprioritaskan Lanskap yang Berisiko Tinggi di Aceh | Mengembangkan Platform untuk Aksi Kolaboratif | Poin Penting dalam Lokakarya | Pendekatan Berbasis Lanskap Musim Mas | Kesimpulan

Musim Mas, Wilmar and Golden Agri joint suppliers workshop

Pengenalan

Pada 15 Mei 2024, Musim Mas, Golden Agri Resources (GAR), dan Wilmar mengadakan lokakarya bersama untuk mendukung para pemasok dalam mematuhi produksi minyak sawit yang bebas deforestasi. Ini merupakan lokakarya pemasok ketiga kalinya di wilayah tersebut yang diselenggarakan oleh Musim Mas. Perusahaan bekerja sama dengan GAR dalam lokakarya pertama dan kedua pada Maret dan November 2022, sementara Wilmar bergabung pada 2024.

Lokakarya yang ketiga ini, diselenggarakan di Subulussalam, Aceh, dan dihadiri oleh 105 peserta dari Aceh Selatan, Subulussalam, serta Aceh Singkil, termasuk perwakilan dari pabrik pemasok, pedagang dan pekebun lokal, pejabat pemerintah, serta organisasi masyarakat sipil (OMS). Kali ini, cakupan peserta lokakarya diperluas, tidak hanya pemasok saja.

Lokakarya kolaboratif ini, menjangkau kelompok perusahaan yang lebih luas di luar rantai pasokan mereka, termasuk pemain hulu yang lebih kecil. Kemitraan di lanskap prioritas seperti Aceh memiliki potensi untuk memberikan dampak yang lebih besar dalam mengatasi deforestasi dengan mempertemukan para pelaku rantai pasok, pemerintah, LSM, dan pihak lainnya.

Musim Mas dan 13 perusahaan agrikultur lainnya, termasuk GAR dan Wilmar, menandatangani Agriculture Sector Roadmap to 1.5 Degrees yang difasilitasi oleh Tropical Forest Alliance (TFA). Peta jalan ini bertujuan untuk menghentikan deforestasi yang terkait dengan komoditas, dan meningkatkan kesejahteraan pekebun swadaya.

Memprioritaskan Lanskap yang Berisiko Tinggi di Aceh

Musim Mas berkomitmen terhadap sumber daya berkelanjutan berdasarkan prinsip No Deforestation, No Peat, and No Exploitation (NDPE) serta rantai pasokan di area utama sumber pasokannya.

Penerapan kebijakan semacam ini sangat penting di wilayah seperti Provinsi Aceh, Indonesia, yang terkenal akan keanekaragaman hayatinya, dan kawasan konservasi penting seperti Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan Lanskap Leuser. Pada tahun 2020, Musim Mas meluncurkan Strategi dan Peta Jalan Aceh dalam lima tahun, yang merinci target perusahaan dalam menerapkan kebijakan NDPE di wilayah tersebut.

Meskipun Musim Mas tidak memiliki wilayah operasional di Aceh, dan provinsi ini hanya mencakup kurang dari 10% dari total basis pasokan Musim Mas, kami mengakui Aceh sebagai kawasan penting untuk keanekaragaman hayati. Musim Mas percaya bahwa kolaborasi di Aceh sangat penting untuk memastikan pasokan sesuai dengan prinsip NDPE.

Membangun Platform untuk Aksi Kolaboratif

Tujuan utama dari lokakarya ini adalah:

  • Meningkatkan pemahaman para pelaku lokal tentang peraturan pemerintah dan praktik pengelolaan di Lanskap Aceh Selatan.
  • Mendukung praktik minyak sawit berkelanjutan dan melindungi kawasan konservasi penting seperti Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
  • Mensosialisasikan praktik terbaik terkait uji tuntas, kemampuan untuk melacak produk hingga ke perkebunan (TTP, traceability to plantations), dan mekanisme penanganan keluhan.
  • Berbagi Informasi terkait kebijakan sumber daya dari Musim Mas, GAR, dan Wilmar.

Melalui sesi tersebut, peserta mempelajari pentingnya kepatuhan terhadap prinsip NDPE untuk keberlanjutan jangka panjang bisnis mereka, serta memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang hukum dan peraturan setempat. Dampak kepatuhan NDPE terhadap penerimaan produk minyak sawit Indonesia di pasar global juga dibahas dalam lokakarya ini. Selain itu, diskusi juga berfokus pada membangun transparansi dan komunikasi yang baik untuk memungkinkan upaya bersama menuju kepatuhan NDPE.

Lokakarya ketiga ini juga menekankan dialog, dengan peserta dari berbagai kelompok pemangku kepentingan yang didorong untuk berbagi perspektif mereka. Dua pemasok, yaitu PT Samudera Sawit Nabati (PT SSN) dan PT Runding Putra Persada (PT RPP), membagikan pengalaman mereka dalam menangani keluhan di masa lalu melalui keterlibatan dan verifikasi.

Poin Penting dalam Lokakarya

Komitmen No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE)

Salah satu aspek penting dari komitmen NDPE adalah mencegah deforestasi. Dalam lokakarya ini, perwakilan Musim Mas, GAR, dan Wilmar memaparkan sistem pemantauan deforestasi dan sistem ketertelusuran. Pendekatan multi-aspek yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini membantu mengidentifikasi dan memantau area yang berisiko mengalami deforestasi, memastikan minyak sawit tidak berasal dari lahan yang dibuka secara ilegal. Metode yang digunakan meliputi citra satelit dan pemeriksaan lapangan.

Upaya Kolaboratif dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Poin penting lainnya dari lokakarya ini adalah penekanan pada kolaborasi. Musim Mas, GAR, dan Wilmar tidak bekerja secara terpisah; perusahaan-perusahaan ini terus berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk institusi pemerintah, LSM lokal, dan pakar teknis. Platform Multi-stakeholder ini memungkinkan pendekatan keberlanjutan yang lebih komprehensif dengan mengintegrasikan berbagai perspektif dan keahlian.

Kolaborasi dengan Pemerintah

Keterlibatan perwakilan pemerintah, seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, sangat penting. Regulasi dan dukungan pemerintah menjadi kunci dalam penerapan praktik keberlanjutan dan perlindungan kawasan konservasi. Lokakarya ini memfasilitasi dialog antara perusahaan dan instansi pemerintah untuk menyelaraskan upaya menuju tujuan keberlanjutan bersama, termasuk memahami kebijakan terkait sistem pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Suaka Margasatwa Aceh Singkil.

Pendekatan Berbasis Lanskap Musim Mas

Lokakarya ini merupakan bagian dari inisiatif pendekatan berbasis lanskap Musim Mas. Metodologi keberlanjutan ini melibatkan berbagai pihak dalam satu lanskap geografis, termasuk pihak-pihak di luar rantai pasok perusahaan. Tujuannya adalah mencapai penggunaan lahan yang berkelanjutan dengan menangani faktor-faktor ekologis, sosial, dan ekonomi secara holistik.

Kesimpulan

Lokakarya multi-stakeholder di Subulussalam yang diadakan oleh Musim Mas, GAR, dan Wilmar di Aceh Selatan mencerminkan strategi komprehensif perusahaan-perusahaan besar minyak sawit ini untuk mencapai keberlanjutan agrikultur. Dengan menangani isu-isu yang saling terikat seperti deforestasi, degradasi lahan gambut, dan eksploitasi, perusahaan-perusahaan ini menetapkan standar untuk produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Lokakarya ini menyoroti pentingnya kolaborasi dan komitmen bersama antara berbagai pemangku kepentingan untuk melindungi ekosistem berharga di wilayah tersebut dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Visi industri minyak sawit yang berkelanjutan, yang menghormati lingkungan dan komunitas lokal, dapat terwujud melalui upaya dan keterlibatan yang terus berlanjut.