Banda Aceh, Indonesia – 13 Agustus 2025. Sekumpulan perusahaan, bersama dengan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), hari ini mengumumkan peluncuran Kelompok Kerja Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh, sebuah inisiatif non-ekslusif, sukarela dan tidak mengikat yang mendukung produksi kelapa sawit berkelanjutan di Aceh, Indonesia.
Kelompok Kerja, yang saat ini beranggotakan Apical, Mars Wrigley, Mondelez, Musim Mas, Nestlé, PepsiCo, Permata Group, PT SMART Tbk, dan Unilever, bertujuan untuk mendukung produksi kelapa sawit yang bebas deforestasi dan inklusif bagi petani swadaya dengan menyelaraskan kegiatan dengan Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh yang disahkan melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 9/2024.
“Perdagangan sudah lama menjadi bagian dari keseharian masyarakat Aceh dari dahulu kala. Kelapa sawit telah menjadi komoditas unggulan Aceh yang terhubung dengan pasar dunia, yang mana membutuhkan pasokan bebas deforestasi. Kami kami menyambut baik keinginan perusahaan-perusahaan global untuk terus mendukung keberlanjutan sektor kelapa sawit di Aceh,” ujar Wakil Gubernur Aceh H. Fadhlullah, SE tentang peluncuran hari ini.
Aceh merupakan rumah bagi lebih dari 3,5 juta hektar hutan hujan dan lahan gambut, termasuk Ekosistem Leuser yang sangat penting—tempat di mana gajah, harimau, badak, dan orangutan hidup berdampingan. Sebagai penyumbang terbesar PDB Aceh, sektor kelapa sawit memainkan peran vital dalam pembangunan ekonomi.
Pemerintah Aceh telah berkomitmen untuk mewujudkan sektor kelapa sawit yang bekelanjutan melalui Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Kelapa Sawit Berkelanjutan di Aceh, serta mempersiapkan infrastruktur untuk mewujudkan komitmen tersebut, antara lain melalui percepatan penerbitan Surat Tanda Daftar Budidaya hingga mempersiapkan protokol pemantauan deforestasi provinsi beserta tim pemantauan deforestasi multi-pihak
“Pemerintah Aceh telah berkomitmen untuk merespon sinyal pasar yang kuat untuk mewujudkan rantai pasok bebas deforestasi dan dapat ditelusuri melalui penyediaan system pemantauan deforestasi, percepatan legalitas lahan dan registrasi petani, serta penguatan tata kelola kelapa sawit berkelanjutan di Aceh. Melalui Program Management Unit Kelapa Sawit Berkelanjutan (PMU-KSB), Aceh akan terus mengimplementasikan Peta Jalan dan Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan melalui dukungan multi-pihak, termasuk pembeli produk kelapa sawit global,” Wakil Gubernur Fadhlullah menyimpulkan.
Berbicara saat acara peluncuran, Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN H.E. Marc Gerritsen mengatakan, “Peta Jalan dan Kelompok Kerja ini mencerminkan komitmen Aceh yang luar biasa untuk memimpin dengan tanggung jawab, memperkuat keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, dan memastikan bahwa kelapa sawit Aceh dikelola dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.”
Kelompok Kerja memberikan sinyal yang kuat bahwa Aceh siap memimpin dan menjadi contoh yang baik.
“Ambisi yang tercantum dalam Peta Jalan Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh dan pembentukan Kelompok Kerja Kelapa Sawit Berkelanjutan Aceh patut dipuji. Peta jalan ini memberikan arahan yang jelas tentang bagaimana cara untuk mencapai kelapa sawit berkelanjutan, dan merupakan langkah penting untuk mencapai tujuan ekologis dan ekonomi Aceh. Kami juga merasakan komitmen yang kuat untuk membangun sinergi antar pemangku kepentingan. Kami yakin upaya ini menempatkan Aceh pada posisi yang sangat baik untuk memanfaatkan meningkatnya permintaan global akan komoditas bebas deforestasi,” jelas Utusan Khusus untuk Iklim dan Hutan di Kedutaan Besar Norwegia Nils Hermann Ranum. Norway merupakan ketua dari Amsterdam Declaration Partnership saat ini.
Peta Jalan ini berupaya menyeimbangkan potensi ekonomi kelapa sawit dengan prinsip pengelolaan lingkungan dan inklusi sosial, sehingga pengembangan sektor kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas petani swadaya dan pendapatan daerah, memitigasi risiko deforestasi dan memulihkan lahan terdegradasi, serta memfasilitasi penyelesaian konflik dan melindungi hak-hak masyarakat Aceh.
Difasilitasi oleh IDH, Kelompok Kerja memberikan ruang netral untuk berkolaborasi, dimana Kelompok Kerja juga mematuhi undang-undang persaingan usaha dan antimonopoli yang berlaku.
“IDH percaya bahwa pasar memiliki kekuatan untuk membuat perdagangan dan investasi lebih inklusif dan berkelanjutan. Kami melihat perlunya keseimbangan antara usaha menjaga lingkungan dan memastikan mata pencaharian yang layak. Peta Jalan ini merupakan visi Pemerintah Aceh untuk kelapa sawit yang inklusif dan bebas deforestasi, dan melalui deklarasi, para pembeli global telah menunjukkan komitmen mereka untuk mendorong upaya pencapaian tujuan Peta Jalan baik melalui aksi bersama maupun individual di Provinsi Aceh. Ini merupakan contoh yang sangat baik tentang bagaimana tujuan bisnis dapat diselaraskan dengan tujuan keberlanjutan dan inklusivitas,” jelas Ketua Yayasan IDH Nassat Idris.
Anggota Kelompok Kerja sepakat untuk mendukung tujuan Peta Jalan dan berkontribusi untuk sebuak rencana aksi tanpa berbagi informasi yang sensitif dan/atau rahasia, termasuk tidak berbagi informasi terkait kegiatan komersial. Oleh karena itu, anggota Kelompok Kerja akan dapat mempertahankan otonomi penuh atas kebijakan pengadaan serta mendukung upaya keberlanjutan secara sukarela.
Kelompok Kerja menyambut baik perusahaan lainnya yang memiliki komitmen untuk mendukung visi bersama bagi sektor kelapa sawit yang berkelanjutan dan inklusif di Aceh. Peluang kolaborasi meliputi dukungan bagi pabrik kelapa sawit dalam mengadopsi praktik pembelian yang bebas deforestasi, mengintegrasikan petani swadaya ke dalam rantai nilai global, dan memanfaatkan sistem pemantauan hutan Aceh.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Reza Rinaldi Mardja
Indonesia Communications Lead, Musim Mas Group
Email: media@musimmas.com
Tentang Musim Mas
Musim Mas Group adalah perusahaan kelapa sawit terintegrasi yang beroperasi di 13 negara. Kegiatan bisnisnya mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari perkebunan, pabrik kelapa sawit, kilang, pabrik penghancur inti sawit, hingga pabrik oleokimia dan lemak khusus. Musim Mas memproduksi berbagai produk berbasis kelapa sawit dan turunannya yang bernilai tambah, dan juga merupakan salah satu produsen dan eksportir terbesar di Indonesia.
Musim Mas berkomitmen terhadap keberlanjutan dan menjadi perusahaan besar pertama di Indonesia yang bergabung dengan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak tahun 2004. Musim Mas juga sejak awal mendukung pengurangan emisi dan menjadi penandatangan Agriculture Sector Roadmap to 1.5 Degrees yang digagas oleh Tropical Forest Alliance. Roadmap ini bertujuan menghentikan deforestasi yang terkait komoditas dengan tetap meningkatkan kesejahteraan pekebun swadaya, serta mendorong perubahan sektor menuju pengelolaan lahan yang ramah hutan.
Pada Januari 2024, Musim Mas mengumumkan target untuk mencapai net zero pada tahun 2050, sejalan dengan sains iklim sesuai dengan Science Based Targets initiative (SBTi). Musim Mas juga mengelola program pekebun swadaya terbesar di Indonesia.
Tentang IDH
IDH (°2008) adalah organisasi global yang menyatukan para pemangku kepentingan publik dan swasta untuk menjadikan pasar pertanian lebih berkelanjutan dan inklusif. Bersama mitra kami, kami mengembangkan solusi akan tantangan kritis dalam rantai nilai global dan lokal, seperti perubahan iklim, kondisi kerja dan upah yang tidak adil, ketidaksetaraan, dan disparitas gender. Lebih dari 400 convener dan pakar kami bekerja di 20 negara dengan lebih dari 500 mitra. Selengkapnya di: https://idh.org/




